Bayi Jantung Bocor Ini Butuh Biaya Rp. 250 Juta

Lelaki tua itu menyiangi tanaman bibit cabai di depan rumahnya. Wito Sarno, 64, adalah nama lelaki yang tinggal di Dukuh Sadang RT 002, Desa Kecik, Kecamatan Tanon, Sragen, tersebut.


Ia bergegas membersihkan tangannya saat melihat anak laki-lakinya, Rus Widarman, 49, datang bersama saudaranya, Cipto Purnomo, 51, dengan mengendarai motor. “Kartu BPJS [Badan Penyelenggara Jaminan Sosial] belum bisa diproses karena harus menunggu foto anggota keluarga. Besok diurus lagi ke BPJS dengan membawa foto berukuran 3 cm x 4 cm,” ujar Cipto sesampainya di rumah Wito, Senin (6/3/2017).

Kartu BPJS menjadi kebutuhan mendesak bagi Wito untuk meringankan pembiayaan pengobatan Noval, cucunya yang masih berumur 2 bulanan. Noval merupakan putra kedua pasangan Rus Widarman dan Yuliningsih, 37.

Mereka tinggal di rumah berdinding gedek dan berlantai tanah bersama Wito. Rus dan Yuli sering kali membantu Wito mencari nafkah sebagai buruh tani.

Hasil panen padi sawah sewaan mereka tidak laku. Padahal untuk biaya panen itu menghabiskan uang untuk upah tenaga sampai hampir Rp3 juta. Tanaman padi Wito tidak laku dijual karena banyak yang roboh. “Hasil panen itu tidak bisa untuk mencukupi pengobatan Noval,” keluh Wito.

Ia harus mencari pinjaman kepada saudaranya untuk menutup biaya pengobatan cucunya selama 25 hari di RSUD dr. Moewardi Solo. Kondisi Noval yang melemah menjadi beban pikiran Wito belakangan ini.

Ia berharap cucu laki-lakinya itu bisa sembuh dari sakit yang dideritanya dan bisa normal kembali. Namun, kemiskinan membuatnya tak berdaya. Kartu BPJS menjadi salah satu jalan agar Noval bisa terus berobat.

Noval lahir secara normal. Cipto berkisah setelah Noval berumur 17 hari, Yuli mendapati anaknya berbeda. Setiap kali bocah itu dimandikan ibunya, Noval kejang-kejang dan susah bernapas.

“Setelah beberapa saat Noval bisa normal kembali. Kondisi itu terjadi setelah habis dimandikan ibunya dengan air hangat pada pagi dan sore hari. Bahkan untuk sekadar menangis pun tidak bisa. Kemudian, Noval diperiksakan ke dokter di Sragen. Dokter menyarankan supaya dibawa ke rumah sakit Jebres, Solo [RSUD dr. Moewardi Solo],” tuturnya yang diamini Rus.

Noval masuk rumah sakit pada Selasa (7/2/2017) lalu dan baru pulang pada Jumat (3/3/2017) lalu. Pada Senin, Noval diperiksakan kembali untuk kontrol di RSUD dr. Moewardi Solo.

“Dari keterangan dokter, jantung Noval terluka [bocor] sedalam 0,8 sentimeter. Kondisi jantungnya itu kemudian juga berpengaruh pada paru-paru yang menganggu pernapasannya. Selama di rumah sakit, pernapasan Noval dibantu selang oksigen. Demikian pula saat kembali pulang ke rumah juga tetap dibantu selang oksigen pinjaman dari Polindes [poliklinik desa],” kata Cipto.


Selama dalam perjalanan ke Solo, selang oksigen tetap menempel di hidung Noval. Padahal oksigen itu biayanya juga mahal. “Nah, saat di rumah sakit Solo dokter menyarankan supaya dilakukan operasi di Jakarta dengan biaya Rp250 juta. Dari mana kami memiliki uang sebanyak itu? Kondisi rumah saja seperti ini. Kami mengurus BPJS supaya bisa meringankan biaya itu. Untuk sementara masih obat jalan dulu,” imbuhnya.
Baca : Obat Jantung Bocor Pada Anak
Dalam kesempatan itu, Cipto sempat menghubungi Yuli. Dari ujung telepon yang dikeraskan itu, Yuli memberi tahu bahwa dokter menyarankan Noval mondok lagi di rumah sakit. Tetapi Yuli masih bimbang karena tidak memiliki biaya lagi dan masih menunggu kartu BPJS.

Sementara itu, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen, Fanny Fandani, berkoordinasi dengan Dinas Sosial untuk menangani kasus Noval. Fanny berencana membiayai pengobatan Noval dengan fasilitas jaminan kesehatan daerah (jamkesda) Kartu Saraswati.

Sumber : http://www.solopos.com/2017/03/07/jantung-bocor-bayi-asal-sragen-ini-butuh-rp250-juta-untuk-operasi-799246
Madu SM

x